Menjadi Kunci Pembuka Kebaikan
Senin, 06 Desember 2010
Label:
Artikel
~
"Sesungguhnya sebagian manusia ada yang menjadi kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup berbagai kejahatan, serta ada yang menjadi kunci-kunci pembuka kejahatan dan penutup berbagai kebaikan. Berbahagialah orang-orang yang dijadikan oleh Allah sebagai kunci-kunci pembuka kebaikan dan celakalah orang-orang yang dijadikan oleh Allah sebagai kunci pembuka kejahatan." (HR. Tirmidzi)
Suatu ketika Rasulullah Saw. mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang musyrik. Perjanjian itu dikenal dengan nama perjanjian Hudaibiyah. Di antara isi perjanjian tersebut menyebutkan: Kaum muslimin harus kembali ke Madinah pada tahun terbentuknya perjanjian ini, dan boleh datang lagi ke Makkah pada tahun depan untuk melakukan umrah.
Padahal saat itu Rasulullah Saw. dalam keadaan telah berihram dan menggiring binatang untuk keperluan qurban. Selesai menandatangani perjanjian damai, Rasulullah Saw. berkata kepada para sahabatnya, “Bangkitlah dan sembelihlah binatang qurban kalian. Kemudian, cukurlah rambut kalian.”
Perintah tersebut dimaksudkan agar mereka (para sahabat) melakukan tahallul dari ihram lalu pulang ke Madinah. Akan tetapi apa yang terjadi? Tak seorang pun dari sahabat yang bangkit untuk melaksanakan perintah Nabi tersebut.
Rasulullah Saw. mengulang kembali instruksinya yang kedua kali dan ketiga kalinya. Namun mereka tetap tidak mau bangkit atau beranjak dari tempat duduknya. Kenapa? Rupanya, mereka beranggapan bahwa butir-butir perjanjian damai tersebut tidak adil, dan hanya menguntungkan kaum musyrikin.
Ternyata para sahabat ini tidak mampu menangkap pandangan Rasulullah Saw. yang jauh ke depan. Perjanjian damai tersebut merupakan pengantar yang berkah bagi pembebasan Islam yang agung.
Apa yang dilakukan Rasulullah Saw. menghadapi masalah tersebut? Beliau meninggalkan mereka dan memasuki tendanya. Di dalam tenda itu ada Ummu Salamah Ra.. Kemudian, Rasulullah Saw. menceritakan sikap para sahabat tersebut kepada istrinya. Ini menunjukkan ketinggian seorang istri di hadapan suaminya.
Bagaimana tanggapan Ummu Salamah Ra.? Ia berkata kepada Rasulullah Saw., “Wahai Nabi Allah, apakah engkau menginginkan hati para sahabat kembali pada mata air keimanan? Keluarlah dari tenda, dan jangan berbicara sepatah kata pun terhadap siapa pun dari mereka. Lalu, sembelihlah binatang qurbanmu dan panggillah tukang cukurmu, untuk mencukur rambutmu.”
Pada awalnya, Ummu Salamah Ra. ingin menjelaskan bahwa masalah yang sedang dihadapi Rasulullah Saw. tidaklah sepele. Tetapi, ini masalah yang perlu segera diselesaikan.
Subhanallah, saran yang keluar dari lisan istrinya itu membuat hati Rasulullah menjadi tenang kembali. Dengan lembut dan penuh kesabaran, Ummu Salamah memberikan masukan yang amat berharga, tanpa harus berdebat. Inilah cara paling efektif untuk mengobati jiwa manusia.
Akhirnya, Rasulullah Saw. pun keluar dari tenda tanpa berbicara dengan seorang pun. Lalu, beliau menyembelih binatang qurban dan memanggil tukang cukur untuk mencukur rambutnya. Ya, Rasulullah Saw. benar-benar melaksanakan masukan yang diberikan istrinya.
Bagaimana reaksi para sahabat setelah menyaksikan apa yang diperbuat Rasulullah itu? Di luar dugaan, mereka bangkit, lalu mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah. Maka, saat itu pula, suasana menjadi haru biru.
Usulan Ummu Salamah Ra. berhasil menyelesaikan masalah. Para sahabat pun akhirnya ridha dengan realita yang telah terjadi. Setan yang ingin mendapatkan tempat persembunyian dalam jiwa-jiwa yang beriman, terusir dengan hina. Ketaatan pada Rasulullah Saw. pun bersemi dan subur kembali dalam hati.
Suatu ketika Rasulullah Saw. mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang musyrik. Perjanjian itu dikenal dengan nama perjanjian Hudaibiyah. Di antara isi perjanjian tersebut menyebutkan: Kaum muslimin harus kembali ke Madinah pada tahun terbentuknya perjanjian ini, dan boleh datang lagi ke Makkah pada tahun depan untuk melakukan umrah.
Padahal saat itu Rasulullah Saw. dalam keadaan telah berihram dan menggiring binatang untuk keperluan qurban. Selesai menandatangani perjanjian damai, Rasulullah Saw. berkata kepada para sahabatnya, “Bangkitlah dan sembelihlah binatang qurban kalian. Kemudian, cukurlah rambut kalian.”
Perintah tersebut dimaksudkan agar mereka (para sahabat) melakukan tahallul dari ihram lalu pulang ke Madinah. Akan tetapi apa yang terjadi? Tak seorang pun dari sahabat yang bangkit untuk melaksanakan perintah Nabi tersebut.
Rasulullah Saw. mengulang kembali instruksinya yang kedua kali dan ketiga kalinya. Namun mereka tetap tidak mau bangkit atau beranjak dari tempat duduknya. Kenapa? Rupanya, mereka beranggapan bahwa butir-butir perjanjian damai tersebut tidak adil, dan hanya menguntungkan kaum musyrikin.
Ternyata para sahabat ini tidak mampu menangkap pandangan Rasulullah Saw. yang jauh ke depan. Perjanjian damai tersebut merupakan pengantar yang berkah bagi pembebasan Islam yang agung.
Apa yang dilakukan Rasulullah Saw. menghadapi masalah tersebut? Beliau meninggalkan mereka dan memasuki tendanya. Di dalam tenda itu ada Ummu Salamah Ra.. Kemudian, Rasulullah Saw. menceritakan sikap para sahabat tersebut kepada istrinya. Ini menunjukkan ketinggian seorang istri di hadapan suaminya.
Bagaimana tanggapan Ummu Salamah Ra.? Ia berkata kepada Rasulullah Saw., “Wahai Nabi Allah, apakah engkau menginginkan hati para sahabat kembali pada mata air keimanan? Keluarlah dari tenda, dan jangan berbicara sepatah kata pun terhadap siapa pun dari mereka. Lalu, sembelihlah binatang qurbanmu dan panggillah tukang cukurmu, untuk mencukur rambutmu.”
Pada awalnya, Ummu Salamah Ra. ingin menjelaskan bahwa masalah yang sedang dihadapi Rasulullah Saw. tidaklah sepele. Tetapi, ini masalah yang perlu segera diselesaikan.
Subhanallah, saran yang keluar dari lisan istrinya itu membuat hati Rasulullah menjadi tenang kembali. Dengan lembut dan penuh kesabaran, Ummu Salamah memberikan masukan yang amat berharga, tanpa harus berdebat. Inilah cara paling efektif untuk mengobati jiwa manusia.
Akhirnya, Rasulullah Saw. pun keluar dari tenda tanpa berbicara dengan seorang pun. Lalu, beliau menyembelih binatang qurban dan memanggil tukang cukur untuk mencukur rambutnya. Ya, Rasulullah Saw. benar-benar melaksanakan masukan yang diberikan istrinya.
Bagaimana reaksi para sahabat setelah menyaksikan apa yang diperbuat Rasulullah itu? Di luar dugaan, mereka bangkit, lalu mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah. Maka, saat itu pula, suasana menjadi haru biru.
Usulan Ummu Salamah Ra. berhasil menyelesaikan masalah. Para sahabat pun akhirnya ridha dengan realita yang telah terjadi. Setan yang ingin mendapatkan tempat persembunyian dalam jiwa-jiwa yang beriman, terusir dengan hina. Ketaatan pada Rasulullah Saw. pun bersemi dan subur kembali dalam hati.
Saudariku, mungkin suamimu atau saudaramu atau anak-anakmu sedang menghadapi masalah dan kesulitan yang harus segera ditangani, maka engkau harus ikut berpartisipasi dalam memberikan masukan-masukan yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya. Mudah-mudahan dengan cara seperti itu, masalah yang membelit dapat terselesaikan dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar